Ruwahan berasal dari kata Ruwah atau bulan Ruwah dalam kalender Jawa. Menurut kepercayaan warga, Ruwah atau Arwah dimaksudkan sebagai bulan dimana warga mengirim doa untuk arwah yang telah lebih dahulu meninggalkan keluarganya.
Gelaran Ruwah bertujuan agar arwah senantiasa sejahtera seperti sanak saudara yang masih hidup yang sedang bersiap menyambut bulan Ramadhan hingga lebaran.
"Arwah leluor (leluhur) di bulan ini haus dan bersiap menerima doa dari sanak keluarga," kata salah-satu warga.
Meski warga transmigrasi dari Jawa ini sudah sepuh di Lampung, namun tradisi Ruwah masih dipertahankan hingga sekarang.
Doa dan sedekah, dua hal yang saling menguatkan. Demi tujuan itulah warga memasak dan menyedekahkan makanan beraneka macam untuk menyempurnakan doa mereka. Acaranya tidak sebesar rasulan (bersih desa) atau suronan (peringatan bulan Suro).
Beberapa warga akan mengundang saudara dan tonggo teparo (tetangga terdekat) untuk datang kenduri atau hanya membagikan nasi besek, yaitu nasi beserta lauk seperti urap, ayam, telur, kering tempe, bakmi, dan tak ketinggalan apem di wadah besek (ceting tradisional dari anyaman bambu).
Semua yang tersedia tentu tidak dipaksakan jumlah dan macamnya karena disuguhkan berdasarkan kesanggupan masing-masing warga. Ruwah dilaksanakan pada tanggal ganjil dalam perhitungan Jawa dan bergantian dari satu rumah ke rumah warga lainnya. Nah sobat mantul, bagaimana tradisi jelang Ramadhan di daerah kamu? (RM)
Posting Komentar untuk "Bulan Ramadhan Semakin Dekat, Warga Kampung Jati Datar Lampung Gelar Tradisi Ruwahan"